Langsung ke konten utama

Awal

 Aku masih duduk disudut ruangan. Airmataku sembunyi-sembunyi jatuh di kelopak mata. Perasaan terbebani kembali menghampiriku. Aku bukannya tidak ikhlas diberi penguji konfren yang sulit ditemui (katannya). Aku cuman takut. Aku semakin lama dalam penyelesaian. Setelah kejadian lalu aku harus menungu 8 bulan agar bisa seminar. Itupun harus ganti pembimbing dulu. Tersebabkan pembimbing 1 dan pembimbing dua yang tidak sejalan. Tapi, semoga. Semoga aku bisa menaklukkan hati pengujiku yang satu ini. Sudah cukup waktuku 8 bulan lalu yang menguras airmata. Kini aku tidak bisa manambah waktuku lebih lama lagi. Bulan 8 adalah batas untukku menyelesaikan semua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku( tidak) ingin tulus lagi.

Aku ingin mencintainya dengan tulus. Tapi, orang yang aku cintai tidak memberiku ruang untuk mencintainya dengan tulus. Ia bahkan merasa terbebani dengan hadirku. Dia malas berbicara denganku, lebih sering menchat dan menstalking orang lain. Membanggakan orang lain, lebih sering memuji orang lain di telingaku. Aku ingin mencintai dia dengan cara yang baik. Tapi dia malah ingkar. Ingkar dengan janji yang pernah ia buat. Alhasil yang ada hanya pertengkaran setiap hari. Aku ingin menceritakan keluh kesah dan masalahku padanya, tapi ia tidak lagi menyediakan telinga yang nyaman untukku, dia lebih memilih mendengarkan curhatan orang lain dibandingkan aku. Aku ingin mempertahankan perhatianku padanya. Tapi dia malah memarahiku. Bahkan dia tidak pernah menanyakan apa yang aku inginkan. Apa yang aku senangi. Aku selalu ingin menghangatkan hubungan. Misal dengan jalan berdua mengunjungi tempat2 indah atau tempat baru. Tapi dia tidak peka. Terlebih romantis. Aku selalu berusaha mempersiapk

Jawaban Diamku

 Untuk apa kita menikah jika tak ada lagi cjnta? Bagaimana bisa aku memperbajki hatiku yang sudah diterpa berkali2 oleh kekecewaan? Atau bagaimana aku bisa mengembalikan airmataku yang pernah jatuh bertubi2 di ujung malam dan kau bahkan tak peduli. Diamku kali ini, bukan karena diam tak punya jawaban. Hanya saja aku sudah lelah menjawab pertanyaanmu. Sebab jawabanya telah kau tahu sendiri. Bahkan kemarin kau mengatakan tidak usah dikatakan unek2 itu. Cukup tuliskan. Lalu, hari ini kau memintaku menjawab semua pertanyaan2mu. Aku yang terlanjur kecewa tak lagi bisa menggerakkan bibirku untuk menjawab. Untuk apa? Sedang kau tahu baik jawabanya. Kemarin saat aku banyak bicara kau malah marah2. Sekarang bibirku telah dibungkam kekecewaan. Dan level tertinggi dari kekecewaan itu adalah di saat perempuan telah diam. Kau mungkin harus belajar, bahwa di saat perempuan masih banyak bicara berarti semua masih normal. Dia masih perhatian. Tapi menjadi bencana bagimu di saat dia mulai diam. Bahk

Dulu

Aku harap ini yang terakhir aku menangis. Aku ingin memantapkan hatiku untuk tidak mencintainya lagi dengan tulus. Semua hanya tentang waktu. Jika memang perkataan lelaki di masasilam tidak bisa di percaya, kenapa saya harus percaya kata2nya hari ini? Toh hari ini juga akan menjadi masalalu. Katanya salahmu mempercayai kata2ku dulu. Itu dulu. Sekarang pemikiran kita sudah beda. Yah. Tepat sekali kata-katamu. Mari kita melupakan komitment. Sebab itu adalah dulu. Kata2 mu hari jni mari kita melupakanya. Karena esok semua akan menjadi"dulu".  Katanya anggap aku sebagai teman. Baik. I will accourding what do u want. Mari kita memulainya semua dengan status teman saja. Itu lebih baik mungkin. Dimana kita bisa bebas. Kau yang dulu menaburkan perhatian berlebihan, sekarang malah menyuruhku biasa saja. Okkay. Mari kita turuti maumu. Tapi, kau juga harus menghargai keputusanku untuk mengenyahkanmu dari hatiku. Semua hanya soal waktu. Jika ketulusanku kau balas dengan respons yang