Langsung ke konten utama

Menjenguk LUKA


2 November 2017

Baiklah, malam ini akan aku ceritakan kepada kalian tentang sebuah pertemuan yang melahirkan  sebuah kisah.
Diawali sejak tahun 2015 lalu.   Di saat aku dipertemukan dengan seorang laki-laki di perpustakaan kampus UIN. Tempat dimana aku pernah menimba ilmu selama 3 tahun 11 bulan.  Awalnya kami bertemu hanya karena kesamaan hoby. Menulis. Yah, kami memiliki kesamaan yaitu sama-sama suka dengan dunia kepenulisan.  Dari kesamaan inilah semua cerita dimulai. Cerita tentang aku dan dia.
Maret kami dipertemukan diacara ulang tahunku yang ke 20. Dia datang bersama teman yang memberikan kontak BBM ku kepadanya. Dari teman inilah dia mendapat semua kontakku. Termasuk fb. Komunikasi pun terjalin begitu lancar.
16 April 2016 ia menciptakan sebuah puisi pertama untukku. Sebuah puisi yang ia beri judul Ainiy.  Dan beberapa bulan kemudian  Ia menggungkapkan perasaanya. Aku yang waktu itu tidak ingin pacaran menggantungkan jawaban atau dengan kata lain aku mengantungkannya kepada Allah. Kalau jodoh tidak akan kemana batinku saat itu. Tapi, hari-hari berlalu.  Melihat perjuangannya entah mengapa saat itu aku luluh. Di saat ia menyodorkan sebuah buku puisi pertamanya yang ia peruntukkan untukku saat itu. Bentengkupun goyah. Aku menerimanya mejadi kekasihku. Awalnya semua berjalan baik-baik saja. Kami semakin banyak menciptakan karya bersama-sama. Mengirimkan puisi dan ikut event-event yang diadakan oleh beberapa penerbit yang ada di indonesia. Hingga terbitlah buku antologi puisi bersama kami. Senandung Rindu. Hubungan kami pun telah tercium di organisasi kami. Dia yang anak LDK dan aku sendiri anak MPH. Dimana kedua organisasi ini bergiat di kegiatan ke agamaan. Dan aku baru tahu ternyata di organisasi ini dilarang berpacaran. Kami berdua masing-masing di panggil oleh tetua di organisasi itu. Aku yang tidak suka dengan cara mereka, akhirnya mundur secara perlahan. Sebab, ia menjebak saya dan membawa saya ke sebuah rumah. Dan ternyata itu rumah senior organisasi. Di sana saya diceramahi habis-habisan. Di suruh menikah. Dan lain2. Begitu pun dengan laki-laki itu. Aku yang tidak respec dengan cara mereka  akhirnya memutuskan untuk keluar dari organisasi itu. Dia pun yang juga merasa hal yang sama memutuskan untuk keluar. Padahal saat itu dia menjadi salah satu kandidat untuk menjadi ketua organsasi itu. Tapi, dia memilih untuk keluar. Dengan harapan tak ada lagi yang menerorku.
Singkat cerita kami tetap menjalin komunikasi. Ia sangat perhatian dengan aku saat itu. Menjemputku. Mengantarku ke sana kemari. Dia bahkan tidak membiarkanku membawa tasku sendiri. Dia selalu meminta tasku untuk di taroh di depan motor. Dan yang paling konyol adalah dia bahkan rela tidak masuk kuliah saat ia menjemput atau mengantarku kuliah. Kalian tahu? Kampus UIN ada dua. Kadang aku kuliah di kampus 1 kadang pula aku di kampus 2. Dia sendiri kuliah di kampus 2 UIN. Dan jika ia mengantarku dia terkadang terlambat bahkan pernah tidak masuk kuliah. Padahal dia adalah ketua tingkat di kelasnya. dua tahun lebih ia selalu mengantarku.
Pernah suatu hari di saat musim hujan tiba, ia tetap mengantarku. Kau tahu, saat itu hatiku teriris. Sebab ia basah kuyup dan kedinginan menungguku di masjid. Mengantarku lalu menunggu hingga aku pulang dari kuliahku. Kulihat bajunya masih basah. Aku sangat sedih saat itu. Aku sempat berpikir Tuhan terlalu menyayangiku sehingga menghadiahkan aku laki-laki sebaik ini. bahkan teman-teman kelasku yang melihat pengorbanannya dan kesetiaanya menjadi sangat iri. Bukan hanya teman kelas. Teman-teman asrama bahkan pembina asramaku selalu melontarkan candanan kepada aku. Masih adakah laki-laki seperti dia? Boleh kami minta satu? Kalau adik dia punya? Canda meraka kadang2. Aku hanya tersenyum mendengarnya.
Lain cerita beberapa teman laki-laki yang pernah dekat denganku dulu akhirnya menjauhiku. Maka benarlah kalimat ini: hidup adalah pilihan sedang pilihan itu memiliki konsekuensinya masing-masing dan konsekuensi saat itu adalah kehilangan beberapa teman dekat yang pernah begitu dekat dan tetiba menjauh begitu saja. Tentu aneh terasa. Tapi, semua ada hikmahnya.
Lanjut cerita aku dan dia melahirkan banyak karya bersama. Mulai dari titik nol. Di saat nama kami belum di kenal oleh media sampai pada tingkat dimana tulisan-tulisan kami di terbitkan di koran. Kami terus berproses. Mendaftar kerja sama-sama di tempat yang sama yaitu di Mandiri Privat Makassar. Awalnya hanya aku yang dipanggil untuk mengajar. Dan dia belum mendapat panggilan. Tapi, dia tetap mengantar aku mengajar privat dimana-mana. Mulai dari jaraknya yang sangat jauh maupun dekat dari kampus. Saat itu aku tinggal di dalam kampus.
Sore, siang, malam dia mengantarku. Hujan, panas. Dia tetap mengantarku. Pernah aku sangat khawatir saat ia mengantarku mengajar privat di jalan jipang dan ia harus menunggu diluar rumah. Berhubung rumah itu beda dari tempat mengajarku yang lain. Tidak punya teras atau tempat untuk duduk. Dia harus menunggu di luar dan berteman dengan nyamuk. Bayangkan saja. Dia menungguku selama dua jam. Diluar rumah. Kedinginan dan diserang oleh nyamuk malam. sungguh berat pengorbananmu saat itu. Bukan hanya itu, kau telah terbiasa menungguku mengajar. Pernah di suatu waktu di tempat mengajarku di depan kampus pasca UNM. Kamu kedapatan terkantuk-kantuk karena menungguku selesai mengajar di dalam. Aku hanya tertawa melihatmu. Untung saja rumah tempat mengajarku saat itu punya teras dan tempat duduk yang bisa kau tempati istirahat. Menungguku mungkin telah menjadi rutinitasmu saat itu. Dan beberapa bulan setelah aku mengajar, akhirnya kau pun di panggil untuk ikut mengajar. Alhamdulillah. Itu kabar bahagia untuk kita.  Maaf. Aku selalu menyusahkanmu. Semua suka duka begitu kita rasakan. Dua tahun enam bulan. Waktu yang telah kita lalui bersama.
Aku tidak tahu, apa kau ingat atau tidak. Dulu kita sering kemping dan berpetualang bersama-sama. Ke pulau samalona, pattallasang, benteng kemana saja yang bisa membuat hubungan kita menjadi sangat harmonis. Dan bisa membuat kejenuhanku enyah. Sebab laporan yang begitu merepotkanku saat itu. Kau bahkan lebih suka camping dengan membawa makanan buatanku. Katamu hal sederhana ini yang orang lain anggap biasa-biasa saja tapi, sudah sangat membahagiakan bagimu. Makan bersamaku di pinggir jalan sembari memandang pemandangan sawah dan gunung yang indah. Ingatkah kau Dear? Betapa bahagianya kita dulu?
Dan ingatkah kau saat kau masuk PPL? Aku paling senang membuatkanmu sarapan dan makan siang? lalu menyuruhmu untuk membawanya ke kantor tempat magangmu? Aku bahkan sengaja membuatkan beberapa lagi untuk teman-temanmu dengan harapan mereka menjadi senang bersamamu. Selain untuk menghemat uang jajanmu dan aku paling tidak suka mendengar kamu selalu lapar karena tidak makan. Saat itu kudengar bahwa beberapa dari mereka selalu membicarakan dan menjelek-jelekkan dirimu sebagai ketua tingkat dan berbicara seenaknya saja. Beberapa diantara temanmu bahkan suka mengatur-atur jadwal. Yah, sebenarnya aku sangat kesal saat itu dengan teman yang menjelek-jelekkan dirimu. Tapi, kau tetap diam tak membalas. Sifat sabarmu inilah yang membuatku bertahan.
Lalu cobaan hubungan terberat kita datang di saat KKN. Mulai dari awal. Wakt itu kia ditempatkan ikecamatan yang sama. Aku sangat senang. Karena bisa satu kecamatan denganmu. Kata senior-senior kalau kita satu kecamatan semua bisa di atur. Termasuk teman posko. Tapi, tidak sesuai ekspektasi. Kita dibagi-bagi dan dipisah. Kau berada di posko 5 sedang aku di posko 12. Sangat jauh. Awal pertengkaran kita di mulai dari sini. Di saat kau menutuskan untuk menjadi kordes. Padahal waktu itu posko aku ke kurangan satu personil. Dan aku rencana ingin menarikmu masuk ke posko ku. Tapi, rencanamu lain lagi. Katamu kau yang ingin menarikku ke poskomu. Sedangkan personil di poskomu sendiri telah cukup. Awal yang tidak baik. Saat itu aku marah besar kepadamu. Tapi, berbagai cara kau usahakan. Dan akhirnya kau berhasil memasukkan aku ke poskomu. Dan ternyata di sinilah awal dari semua biang masalah. Cemburu. Kepemimpinanmu. Komitmenmu. Semua di uji di sini. Awalnya aku kecewa. Karena kau terkadang tidak tegas. Namun, dititik genting. Kau tetap mendukungku. Bukan karena kau pilih kasih. Tapi, memang pada saat itu kau harus mendukung siapa yang benar. Begitupun dengan ibu posko yang begitu baik. Terimakasih karena telah berada disisiku saat itu. Aku bahagia sebab kau percaya padaku. Saya tidak usah terlalu transparan di sini. Biar kita yang tahu. Meski kata banyak orang bahwa KKN adalah salah satu cobaan terberat bagi sepasang kekasih tersebabkan banyaknya cinlok di lokasi KKN. Tapi, dengan perjuangan yang tidak gampang kita masih bisa bertahan. Meski saat itu, ingatkah kau saat kita telah penarikan KKN? Bagaimana marahnya aku sebab kau tidak mendukungku saat di motor? Aku bahkan memutukanmu saat itu. Tapi, kau selalu dengan jawaban yang sama. Tetap bertahan. Dan mempertahankan hubungan kita.
Dan pelajaran yang aku dapat dari kejadian ini adalah: apapun yang dimulai dengan amarah, akan melahirkan amarah di akhir.
Sudahlah, mari kita akhiri pada kisah KKN kita, dan beralih ke dalam kisah penyelesaian kita. Skripsi. Tentunya setelah KKN. Hal yang akan kita selesaikan selanjutnya adalah skripsi. Ujian terberat bagi mahasiswa semester akhir. Perjuanganku saat menyelesaikan tugas akhir S1 ku ini sungguh menguras airmata, tenaga,waktu bahkan materi. Aku yang mendapatkan dua pembimbing yang tidak mempunyai pemahaman yang sejalan harus menjadi korban. Sebab harus mengulang-ulang proposal selama delapan bulan. Delapan bulan aku berkutat hanya pada proposal. Dan delapan bulan itu sudah kuhabisan dengan berim-rim kertas. Tapi, pembimbing 1 dan pembimbing 2 yang memang tak pernah sejalan pemikirannya. Maka proposl itu di pim pong sana sini. Aku yang pada saat itu frustasi dan menangis karena untuk bimbingan prposal saja harus sampai 8 bulan sedangkan penelitian yang aku ambil sangatlah susah. Belumlgi proses pembuatan komik yang akan membutuhkan waktu yang lama. Membuatku begitu down. Tapi, aku tidak menyerah. Terakhir kali aku menghadap di salah satu pembimbingku. Mungkin sebab kasihan kepadaku yang sudah sangat lama bimbingan dengannya meyatakan menyerah membimbingku dan menyuruhku untuk mengganti pembimbing. Aku pun megurus semua dari awal. Termasuk Sk dan pembimbing baru. Tapi, aku tidak menyerah. Semua aku lewati. Begitu pun dengan laki-laki itu. Meskipun ia semoat bermalas-malasan mengerjakan skripsinya dengan paksaan dan tekanan dari berbagai pihak akhirnya dia menyelesaikan skripsinya. Dan di minggu yang sama kami berhasil menyelesaikan S1 kami, yudisium pada bulan dan minggu yang sama. Dia mendapat gelar satu hari sebelum aku juga mendapat gelar S.pd.  Sebuah kebetulan tentunya.
Higgna kami sampai di titik ini. dikehidupan sesungguhnya. Aku pikir masa terberat kami ialah sewaktu kami KKN. Tapi ternyata itu hanya salah satunya. Sebab, ujian setelah kami lulus kuliah ternyata juga memakan airmata. Aku yang telah dijanji akan segara dilamar dan menikah setelah yudisium lalu tertunda setelah wisuda dan kembali ditunda setelah dapat kerja. Dan sekarang setelah dapat kerja saya harus menunggu katanya lagi. Beberapa bulan?
Hah.. ?
Daebak. !!!
Sejak setahun lalu aku dijanjikan akan hal ini. dan sekarang setelah semua selesai. Harus ditunda lagi? Kali ini alasannya sama sekali tidak masuk di akalku.
Lalu saya harus bagaimana? Kekecewaanku semakin menumpuk karena janji yang belum kau tuntaskan.
****
Tulisan ini sengaja aku buat untuk mengobati kekecewaan yang telah ia buat akhir-akhir ini. semoga tulisan ini bisa menjadi alasan aku untuk tetap bertahan disaat genting seperti ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku( tidak) ingin tulus lagi.

Aku ingin mencintainya dengan tulus. Tapi, orang yang aku cintai tidak memberiku ruang untuk mencintainya dengan tulus. Ia bahkan merasa terbebani dengan hadirku. Dia malas berbicara denganku, lebih sering menchat dan menstalking orang lain. Membanggakan orang lain, lebih sering memuji orang lain di telingaku. Aku ingin mencintai dia dengan cara yang baik. Tapi dia malah ingkar. Ingkar dengan janji yang pernah ia buat. Alhasil yang ada hanya pertengkaran setiap hari. Aku ingin menceritakan keluh kesah dan masalahku padanya, tapi ia tidak lagi menyediakan telinga yang nyaman untukku, dia lebih memilih mendengarkan curhatan orang lain dibandingkan aku. Aku ingin mempertahankan perhatianku padanya. Tapi dia malah memarahiku. Bahkan dia tidak pernah menanyakan apa yang aku inginkan. Apa yang aku senangi. Aku selalu ingin menghangatkan hubungan. Misal dengan jalan berdua mengunjungi tempat2 indah atau tempat baru. Tapi dia tidak peka. Terlebih romantis. Aku selalu berusaha mempersiapk

Jawaban Diamku

 Untuk apa kita menikah jika tak ada lagi cjnta? Bagaimana bisa aku memperbajki hatiku yang sudah diterpa berkali2 oleh kekecewaan? Atau bagaimana aku bisa mengembalikan airmataku yang pernah jatuh bertubi2 di ujung malam dan kau bahkan tak peduli. Diamku kali ini, bukan karena diam tak punya jawaban. Hanya saja aku sudah lelah menjawab pertanyaanmu. Sebab jawabanya telah kau tahu sendiri. Bahkan kemarin kau mengatakan tidak usah dikatakan unek2 itu. Cukup tuliskan. Lalu, hari ini kau memintaku menjawab semua pertanyaan2mu. Aku yang terlanjur kecewa tak lagi bisa menggerakkan bibirku untuk menjawab. Untuk apa? Sedang kau tahu baik jawabanya. Kemarin saat aku banyak bicara kau malah marah2. Sekarang bibirku telah dibungkam kekecewaan. Dan level tertinggi dari kekecewaan itu adalah di saat perempuan telah diam. Kau mungkin harus belajar, bahwa di saat perempuan masih banyak bicara berarti semua masih normal. Dia masih perhatian. Tapi menjadi bencana bagimu di saat dia mulai diam. Bahk

Dulu

Aku harap ini yang terakhir aku menangis. Aku ingin memantapkan hatiku untuk tidak mencintainya lagi dengan tulus. Semua hanya tentang waktu. Jika memang perkataan lelaki di masasilam tidak bisa di percaya, kenapa saya harus percaya kata2nya hari ini? Toh hari ini juga akan menjadi masalalu. Katanya salahmu mempercayai kata2ku dulu. Itu dulu. Sekarang pemikiran kita sudah beda. Yah. Tepat sekali kata-katamu. Mari kita melupakan komitment. Sebab itu adalah dulu. Kata2 mu hari jni mari kita melupakanya. Karena esok semua akan menjadi"dulu".  Katanya anggap aku sebagai teman. Baik. I will accourding what do u want. Mari kita memulainya semua dengan status teman saja. Itu lebih baik mungkin. Dimana kita bisa bebas. Kau yang dulu menaburkan perhatian berlebihan, sekarang malah menyuruhku biasa saja. Okkay. Mari kita turuti maumu. Tapi, kau juga harus menghargai keputusanku untuk mengenyahkanmu dari hatiku. Semua hanya soal waktu. Jika ketulusanku kau balas dengan respons yang